Cari Blog Ini

Minggu, 02 Mei 2010

Aku ingin mendengar suaramu, hai hamba-Ku


Saat kau bangun di pagi hari, AKU memandangmu dan berharap engkau akan

berbicara pada-KU, walaupun hanya sepatah kata meminta pendapat-KU

atau bersyukur kepada-KU atas sesuatu hal yang indah yang terjadi

dalam hidupmu hari ini atau kemarin,,,,,,,,,

Tetapi AKU melihat engkau begitu sibuk mempersiapkan diri untuk pergi

bekerja, AKU kembali menanti saat engkau sedang bersiap, AKU tahu

akan ada sedikit waktu bagimu untuk berhenti dan menyapa-KU, tetapi

engkau terlalu sibuuuuuuk,,,,,,,,,,

Disatu tempat, engkau duduk di sebuah kursi selama lima belas menit

tanpa melakukan apapun, kemudian AKU melihat engkau menggerakan

kakimu. AKU menanti engkau akan berbicara kepada-KU, tetapi engkau

berlari ke telepon dan menelpon seseorang teman untuk mengeluarkan

perasaan dan isi hatimu saat ini,,,,,,

AKU melihatmu ketika engkau pergi bekerja dan AKU menanti dengan sabar

sepanjang hari. Dengan semua kegiatanmu, engkau terlalu

sibuk untuk mengucapkan sesuatu kepada-KU. Sebelum makan siang AKU

melihatmu memandang ke sekeliling,

Engkau memandang tiga atau empat meja di sekitarmu dan melihat

beberapa temanmu berbicara dan menyebut nama-KU dengan lembut sebelum

menyantap rezki yang AKU berikan, tetapi engkau tidak

melakukannya,,,,,,,,,

Yah,,,tidak apa-apa, masih ada waktu yang tersisa dan AKU berharap

engkau akan berbicara kepada-KU, meskipun saat engkau pulang ke rumah

kelihatannya seakan-akan banyak hal yang harus kau kerjakan,,,,,

Setelah tugasmu selesai, engkau menyalakan TV,

dan menghabiskan banyak waktu setiap hari di depannya, tanpa memikirkan

apapun dan hanya menikmati acara yang ditampilkan.

Kembali AKU menanti dengan sabar saat engkau menonton TV dan menikmati

makananmu, tetapi kembali engkau tidak berbicara kepada-KU,,,,

Saat tidur kau merasa terlalu lelah. Setelah mengucapkan

selamat malam kepada keluargamu, kau melompat ke tempat tidur dan

tertidur tanpa sepatah katapun nama-KU kau sebut. Tidak apa-apa, karena

engkau tidak menyadari bahwa AKU selalu hadir untukmu,,,,,

AKU telah bersabar lebih lama dari yang kau sadari,,,

AKU bahkan ingin mengajarkan bagaimana bersabar terhadap orang lain,,,

AKU sangat menyayangimu,,,

Setiap hari AKU menanti sepatah kata, doa, pikiran atau syukur dari hatimu,,,

Baiklah,,,engkau bangun kembali dan kembali AKU menanti dengan penuh

kasih bahwa hari ini kau akan sedikit meluangkan waktu untuk menyapa-KU,,,

Tetapi yang KU-tunggu ,,,ah, tak jua kau menyapa-KU

Subuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib, Isya dan Shubuh lagi kau masih

mengacuhkan AKU,,,,

Tak ada sepatah kata, tak ada seucap doa, dan tidak ada rasa, tidak ada

harapan dan keinginan untuk bersujud kepada-KU,,,

Apakah salah-KU padamu ?

Rizki yang KU-limpahkan,

Kesehatan yang KU-berikan,

harta yang KU-relakan,

Makanan yang KU-hidangkan,

Anak-anak yang KU-rahmatkan,

Apakah hal itu semua tidak membuatmu ingat kepada-KU,,,?

Percayalah, AKU selalu mengasihimu, dan AKU tetap berharap suatu saat

engkau akan menyapa-KU, memohon perlindungan-KU, bersujud kepada-KU,,

Yang selalu menyertaimu setiap saat,

Allah SWT

by. zyrect

suara hati ibu

Dikutip dari Era Muslim,

eramuslim - "Tidurlah tidur wahai anak sholihah....

S'moga Allah akan s'lalu menjagamu

Tidurlah tidur wahai buah hatiku

Kelak kau besar jadi muslimah terpandu

Bismikallahumma ahya wa amuut

Bismikallahumma ahya wa amuut....

(nada: lagu "Nina Bobok" -- pen)

Nak, kau telah hadir di atas dunia fana ini. Tangismu yang dulu nyaring

terdengar di awal kelahiranmu, telah berubah dengan senyum. Engkau kini

memang lebih banyak tersenyum riang. Senyummu melesat lepas tanpa

hambatan,

tulus, plong, dan tanpa tendensi apa-apa, dari mulut mungilmu.

Aku yakin, senyummu masih murni dan suci, sesuci hatimu. Entah akupun

tak

tahu persis untuk mengartikulasi senyummu yang lepas tersebut. Aku

hanya

bisa memaknai, di balik senyuman itu tersimpan optimisme besar,

tersimpan

energi dahsyat. Mungkin kau akan menjadi petarung yang tak pernah putus

asa

dalam menghadapi segala tipu-muslihat kaum perusak. Kau akan tetap

eksis

berada di atas JalanNya, seraya terus menyeru kaummu untuk bergabung

bersamamu menuju kemenangan dan kemuliaan sejati. Semoga!

Itulah yang selalu menjadi harapan dan obsesi orangtuamu, nak! Aku

selalu

bermunajat kepada Allah 'Azza wa Jalla, agar Dia selalu menjagamu,

membimbingmu dan memberimu kekuatan agar kau mampu berpegang teguh pada

aturanNya yang sempurna hingga akhir hayatmu kelak. Mudah-mudahan

obsesi ini

tetap Allah pelihara dalam rongga dadaku. Yang membuatku bisa optimis

dan

bersemangat untuk bisa mengantarkanmu jadi manusia seutuhnya. Demi

Allah,

inilah yang menjadi puncak kebanggaanku, dan juga puncak kebanggaan

umat,

insya Allah.

Siang malam pada setiap sujudku, dan hampir setiap menjelang tidurmu,

selalu

kulantunkan munajatku padaNya. Untuk keselamatan dan kesucian harkat

kewanitaanmu, yang insya Allah akan membawa pada keharibaan kejayaan

Islam.

Mudah-mudahan Allah SWT selalu menjaga semangat dan obsesiku dari

gemerlapnya dunia yang kerap memperdaya itu. Sungguh nak..., aku tak

pernah

bermimpi kau jadi wanita karir, yang berdandan sensual, bersepatu hak

tinggi, menebarkan aroma genit yang menyengat hidung setiap lelaki,

yang

saban hari keluyuran bebas dengan teman-teman lobinya. Atau sebaliknya,

kau

jadi perempuan tak berdaya, bekerja di dalam perut-perut pabrik yang

pengap,

yang hanya membayar tetes-tetes keringatmu dengan upah tak manusiawi.

Aku

tak ingin kau menjadi Marsinah-Marsinah berikutnya.

Aku tak pernah membayangkan kau jadi penyanyi, sekadar memenuhi dahaga

selera rendah kaum lelaki. Yang melantunkan suara-suara birahi dan rela

melenggak-lenggokkan tubuhnya di atas panggung, di hadapan ribuan

pasang

mata, hanya untuk meraih segepok rupiah. Hingga membersitkan khayalan

kotor

para penikmat suguhan hiburanmu. Naudzubillah min dzalik, nak!

Apalagi...--na'udzu billah tsumma na'udzu billah min dzalik-- demi

mengejar

popularitas, engkau rela menanggalkan rasa malumu, mempertontonkan

auratmu

di hadapan siapa saja. Ya Robbi 'Izzati, aku mohon perlindunganMu atas

anakku dari perbuatan mungkar dan nista itu.

Wajar, bila menatap masa depanmu, ada rasa masygul melintas di hatiku.

Kalaulah di zaman masa kanak-kanakmu sudah demikian bejatnya perilaku

manusia, apatah lagi zaman dimana kelak kau dewasa nanti. Betapa tidak!

Saat

ini saja para wanita berlomba-lomba mengejar kenistaan. Mereka rela

menunggu

dalam antrian panjang untuk difoto tanpa busana. Nak, wanita di zaman

kiwari

ini, sepertinya telah diidap penyakit gila memamerkan lekak-lekuk

tubuhnya.

Mereka seperti puas bila tampilan mereka bisa membetot-betot birahi

lawan

jenisnya. Lihatlah model busana yang mereka kenakan. Di balik busana

yang

kian modis dan ngetren di kalangan remaja wanita kiwari itu, pasti ada

pesan

tersirat: "Ayo tataplah lekak-lekuk tubuhku sepuasnya!"

Astaghfirullahal

'adzim...!

Mungkin di zaman dimana kelak kau dewasa nanti, tantangan yang akan kau

hadapi kian berat. Firasatku, pada zaman itu orang-orang kian

mencampakkan

rasa malu. Perilaku najis dan nista pasti akan jadi kebanggaan. Slogan

dan

jargon-jargon cabul, pasti kian menyesaki atmosfer kehidupanmu. Tak ada

tayangan film, iklan, majalah, tontonan, dan model-model busana,

kecuali di

balik semua itu tersimpan pesan: mengajak manusia menceburkan dirinya

pada

dunia percabulan. Setelah itu, pagar-pagar etika dan moral ramai-ramai

dirubuhkan masyarakat. Paradigma nila-nilai pun dijungkirbalikkan.

Perilaku

nista dan keji akan jadi simbol-simbol budaya dan kebanggaan. Sementara

yang

suci dan mulia akan dicap kuno dan ketinggalan zaman. Batas antara

wilayah

kehidupan privasi dan publik, pasti tak diperlukan. Mungkin--semoga ini

tidak terjadi--manusia beramai-ramai menanggalkan simbol-simbol

kemanusiaannya, seraya menggantinya dengan simbol kehidupan hewani.

Astaghfirullohal 'adzim....!

Membayangkan hidup di zaman kau dewasa nanti, terus terang hatiku

menjadi

kian miris. Aku membayangkan, mungkin pilihan bisnis paling favorit

nanti

adalah bisnis seks. Pusat-pusat hiburan, koran, majalah, tivi, iklan,

lagu-lagu, model-model busana, serta tontonan pasti tak akan diminati

orang,

kalau arahnya tidak mengajak manusia melakukan praktek percabulan.

Berita di

media massa tentang kasus-kasus perkosaan dan bahkan berita "manusia

yang

rela membinatangkan dirinya" mungkin bukan hal aneh dan menggegerkan.

Membayangkan situasi seperti itu, mestinya bagi para orangtua yang

waras,

mereka akan menjaga lebih ketat anak-anak gadisnya. Tidak membiarkan

putri

mereka keluyuran bebas di luar dengan dandanan menantang.

Tapi inilah yang tidak habis aku pikir, nak. Saat ini, justru para

orangtua

sepertinya bangga melihat anak-anak gadis mereka mengenakan busana yang

mencetak lekak-lekuk tubuhnya sembari keluyuran di luar rumah dengan

bebasnya. Bahkan ironisnya, mereka ikut memilihkan model busana model

porno

yang mereka nilai cocok untuk anak-anak gadis zaman sekarang.

Astaghfirullahal 'adzim...!

Nak, ada sedikit rasa gentar di hatiku, kemana aku harus perlindungkan

kesucian dirimu dari kepungan perilaku bejat manusia? Tapi percayalah

nak,

aku masih optimis bisa mengantarkanmu ke jalan kemuliaan. Aku akan

terus

mohonkan kepada Allah, mendekatkan diri kepadaNya, meminta kekuatan dan

perkenanNya untuk bisa menjagamu nak!

Tetaplah tersenyum nak, jangan menangis. Semoga Allah 'Azza Wa Jalla

senantiasa melindungimu dari pikiran, niat, dan mata-mata jahat yang

akan

menjerumuskanmu pada kehinaan. Harapanku, kelak kau dewasa nanti, kau

menjadi wanita yang tetap istiqomah menjaga kesucian dan kehormatan

diri.

Kau akan berjuang gigih menyelamatkan kaummu yang tengah

terombang-ambing

dalam kubangan kenistaan dunia. Pegang teguhlah ajaranNya dan tataplah

masa

depanmu dengan tegar. Insya Allah, doaku senantiasa menyertai

langkah-langkahmu! (sulthoni)

BERPISAHNYA ROH DARI JASAD


Dalam sebuah hadith daripada Aisyah r.a katanya, "Aku sedang duduk bersila di dalam rumah. Tiba-tiba Rasulullah S.A.W datang dan masuk sambil memberi salam kepadaku. Aku segera bangun kerana menghormati dan memuliakannya sebagaimana kebiasaanku di waktu baginda masuk ke dalam rumah. Nabi S.A.W bersabda, "Duduklah di tempat duduk, tidak usahlah berdiri, wahai Ummul Mukminin." Maka Rasulullah S.A.W duduk sambil meletakkan kepalanya di pangkuanku, lalu baginda berbaring dan tertidur.

Maka aku hilangkan uban pada janggutnya, dan aku dapat 19 rambut yang sudah putih. Maka terfikirlah dalam hatiku dan aku berkata, "Sesungguhnya baginda akan meninggalkan dunia ini sebelum aku sehingga tetaplah satu umat yang ditinggalkan olehnya nabinya." Maka aku menangis sehingga mengalir air mataku jatuh menitis pada wajah baginda.

Baginda terbangun dari tidurnya seraya bertanya, "Apakah sebabnya sehingga engkau menangis wahai Ummul Mukminin?" Masa aku ceritakan kisah tadi kepadanya, lalu Rasulullah S.A.W bertanya, "Keadaan bagaimanakah yang hebat bagi mayat?" Kataku, "Tunjukkan wahai Rasulullah!"

Rasulullah S.A.W berkata, "Engkaulah katakan!," Jawab Aisyah r.a : "Tidak ada keadaan lebih hebat bagi mayat ketika keluarnya mayat dari rumahnya di mana anak-anaknya sama-sama bersedih hati di belakangnya. Mereka sama-sama berkata, "Aduhai ayah, aduhai ibu! Ayahnya pula mengatakan: "Aduhai anak!"

Rasulullah S.A.W bertanya lagi: "Itu juga termasuk hebat. Maka, manakah lagi yang lebih hebat daripada itu?" Jawab Aisyah r.a : "Tidak ada hal yang lebih hebat daripada mayat ketika ia diletakkan ke dalam liang lahad dan ditimbuni tanah ke atasnya. Kaum kerabat semuanya kembali. Begitu pula dengan anak-anak dan para kekasihnya semuanya kembali, mereka menyerahkan kepada Allah berserta dengan segala amal perbuatannya." Rasulullah S.A.W bertanya lagi, "Adakah lagi yang lebih hebat daripada itu?" Jawab Aisyah, "Hanya Allah dan Rasul-Nya sahaja yang lebih tahu."

Maka bersabda Rasulullah S.A.W : "Wahai Aisyah, sesungguhnya sehebat-hebat keadaan mayat ialah ketika orang yang memandikan masuk ke rumahnya untuk emmandikannya. Maka keluarlah cincin di masa remaja dari jari-jarinya dan ia melepaskan pakaian pengantin dari badannya. Bagi para pemimpin dan fuqaha, sama melepaskan serban dari kepalanya untuk dimandikan.

Di kala itu rohnya memanggil, ketika ia melihat mayat dalam keadaan telanjang dengan suara yang seluruh makhluk mendengar kecuali jin dan manusia yang tidak mendengar. Maka berkata roh, "Wahai orang yang memandikan, aku minta kepadamu kerana Allah, lepaskanlah pakaianku dengan perlahan-lahan sebab di saat ini aku berehat dari kesakitan sakaratul maut." Dan apabila air disiram maka akan berkata mayat, "Wahai orang yang memandikan akan roh Allah, janganlah engkau menyiram air dalam keadaan yang panas dan janganlah pula dalam keadaan sejuk kerana tubuhku terbakar dari sebab lepasnya roh," Dan jika merea memandikan, maka berkata roh: "Demi Allah, wahai orang yang memandikan, janganlah engkau gosok tubuhku dengan kuat sebab tubuhku luka-luka dengan keluarnya roh."

Apabila telah selesai dari dimandikan dan diletakkan pada kafan serta tempat kedua telapaknya sudah diikat, maka mayat memanggil, "Wahai orang yang memandikanku, janganlah engkau kuat-kuatkan dalam mengafani kepalaku sehingga aku dapat melihat wajah anak-anakku dan kaum keluargaku sebab ini adalah penglihatan terakhirku pada mereka. Adapun pada hari ini aku dipisahkan dari mereka dan aku tidakakan dapat berjumpa lagi sehingga hari kiamat."

Apabila mayat dikeluarkan dari rumah, maka mayat akan menyeru, "Demi Allah, wahai jemaahku, aku telah meninggalkan isteriku menjadi janda, maka janganlah kamu menyakitinya. Anak-anakku telah menjadi yatim, janganlah menyakiti mereka. Sesungguhnya pada hari ini aku akan dikeluarkan dari rumahku dan meninggalkan segala yang kucintai dan aku tidak lagi akan kembali untuk selama-lamanya."

Apabila mayat diletakkan ke dalam keranda, maka berkata lagi mayat, "Demi Allah, wahai jemaahku, janganlah kamu percepatkan aku sehingga aku mendengar suara ahliku, anak-anakku dan kaum keluargaku. Sesungguhnya hari ini ialah hari perpisahanku dengan mereka sehingga hari kiamat."