Dikutip dari Era Muslim,
eramuslim - "Tidurlah tidur wahai anak sholihah....
S'moga Allah akan s'lalu menjagamu
Tidurlah tidur wahai buah hatiku
Kelak kau besar jadi muslimah terpandu
Bismikallahumma ahya wa amuut
Bismikallahumma ahya wa amuut....
(nada: lagu "Nina Bobok" -- pen)
Nak, kau telah hadir di atas dunia fana ini. Tangismu yang dulu nyaring
terdengar di awal kelahiranmu, telah berubah dengan senyum. Engkau kini
memang lebih banyak tersenyum riang. Senyummu melesat lepas tanpa
hambatan,
tulus, plong, dan tanpa tendensi apa-apa, dari mulut mungilmu.
Aku yakin, senyummu masih murni dan suci, sesuci hatimu. Entah akupun
tak
tahu persis untuk mengartikulasi senyummu yang lepas tersebut. Aku
hanya
bisa memaknai, di balik senyuman itu tersimpan optimisme besar,
tersimpan
energi dahsyat. Mungkin kau akan menjadi petarung yang tak pernah putus
asa
dalam menghadapi segala tipu-muslihat kaum perusak. Kau akan tetap
eksis
berada di atas JalanNya, seraya terus menyeru kaummu untuk bergabung
bersamamu menuju kemenangan dan kemuliaan sejati. Semoga!
Itulah yang selalu menjadi harapan dan obsesi orangtuamu, nak! Aku
selalu
bermunajat kepada Allah 'Azza wa Jalla, agar Dia selalu menjagamu,
membimbingmu dan memberimu kekuatan agar kau mampu berpegang teguh pada
aturanNya yang sempurna hingga akhir hayatmu kelak. Mudah-mudahan
obsesi ini
tetap Allah pelihara dalam rongga dadaku. Yang membuatku bisa optimis
dan
bersemangat untuk bisa mengantarkanmu jadi manusia seutuhnya. Demi
Allah,
inilah yang menjadi puncak kebanggaanku, dan juga puncak kebanggaan
umat,
insya Allah.
Siang malam pada setiap sujudku, dan hampir setiap menjelang tidurmu,
selalu
kulantunkan munajatku padaNya. Untuk keselamatan dan kesucian harkat
kewanitaanmu, yang insya Allah akan membawa pada keharibaan kejayaan
Islam.
Mudah-mudahan Allah SWT selalu menjaga semangat dan obsesiku dari
gemerlapnya dunia yang kerap memperdaya itu. Sungguh nak..., aku tak
pernah
bermimpi kau jadi wanita karir, yang berdandan sensual, bersepatu hak
tinggi, menebarkan aroma genit yang menyengat hidung setiap lelaki,
yang
saban hari keluyuran bebas dengan teman-teman lobinya. Atau sebaliknya,
kau
jadi perempuan tak berdaya, bekerja di dalam perut-perut pabrik yang
pengap,
yang hanya membayar tetes-tetes keringatmu dengan upah tak manusiawi.
Aku
tak ingin kau menjadi Marsinah-Marsinah berikutnya.
Aku tak pernah membayangkan kau jadi penyanyi, sekadar memenuhi dahaga
selera rendah kaum lelaki. Yang melantunkan suara-suara birahi dan rela
melenggak-lenggokkan tubuhnya di atas panggung, di hadapan ribuan
pasang
mata, hanya untuk meraih segepok rupiah. Hingga membersitkan khayalan
kotor
para penikmat suguhan hiburanmu. Naudzubillah min dzalik, nak!
Apalagi...--na'udzu billah tsumma na'udzu billah min dzalik-- demi
mengejar
popularitas, engkau rela menanggalkan rasa malumu, mempertontonkan
auratmu
di hadapan siapa saja. Ya Robbi 'Izzati, aku mohon perlindunganMu atas
anakku dari perbuatan mungkar dan nista itu.
Wajar, bila menatap masa depanmu, ada rasa masygul melintas di hatiku.
Kalaulah di zaman masa kanak-kanakmu sudah demikian bejatnya perilaku
manusia, apatah lagi zaman dimana kelak kau dewasa nanti. Betapa tidak!
Saat
ini saja para wanita berlomba-lomba mengejar kenistaan. Mereka rela
menunggu
dalam antrian panjang untuk difoto tanpa busana. Nak, wanita di zaman
kiwari
ini, sepertinya telah diidap penyakit gila memamerkan lekak-lekuk
tubuhnya.
Mereka seperti puas bila tampilan mereka bisa membetot-betot birahi
lawan
jenisnya. Lihatlah model busana yang mereka kenakan. Di balik busana
yang
kian modis dan ngetren di kalangan remaja wanita kiwari itu, pasti ada
pesan
tersirat: "Ayo tataplah lekak-lekuk tubuhku sepuasnya!"
Astaghfirullahal
'adzim...!
Mungkin di zaman dimana kelak kau dewasa nanti, tantangan yang akan kau
hadapi kian berat. Firasatku, pada zaman itu orang-orang kian
mencampakkan
rasa malu. Perilaku najis dan nista pasti akan jadi kebanggaan. Slogan
dan
jargon-jargon cabul, pasti kian menyesaki atmosfer kehidupanmu. Tak ada
tayangan film, iklan, majalah, tontonan, dan model-model busana,
kecuali di
balik semua itu tersimpan pesan: mengajak manusia menceburkan dirinya
pada
dunia percabulan. Setelah itu, pagar-pagar etika dan moral ramai-ramai
dirubuhkan masyarakat. Paradigma nila-nilai pun dijungkirbalikkan.
Perilaku
nista dan keji akan jadi simbol-simbol budaya dan kebanggaan. Sementara
yang
suci dan mulia akan dicap kuno dan ketinggalan zaman. Batas antara
wilayah
kehidupan privasi dan publik, pasti tak diperlukan. Mungkin--semoga ini
tidak terjadi--manusia beramai-ramai menanggalkan simbol-simbol
kemanusiaannya, seraya menggantinya dengan simbol kehidupan hewani.
Astaghfirullohal 'adzim....!
Membayangkan hidup di zaman kau dewasa nanti, terus terang hatiku
menjadi
kian miris. Aku membayangkan, mungkin pilihan bisnis paling favorit
nanti
adalah bisnis seks. Pusat-pusat hiburan, koran, majalah, tivi, iklan,
lagu-lagu, model-model busana, serta tontonan pasti tak akan diminati
orang,
kalau arahnya tidak mengajak manusia melakukan praktek percabulan.
Berita di
media massa tentang kasus-kasus perkosaan dan bahkan berita "manusia
yang
rela membinatangkan dirinya" mungkin bukan hal aneh dan menggegerkan.
Membayangkan situasi seperti itu, mestinya bagi para orangtua yang
waras,
mereka akan menjaga lebih ketat anak-anak gadisnya. Tidak membiarkan
putri
mereka keluyuran bebas di luar dengan dandanan menantang.
Tapi inilah yang tidak habis aku pikir, nak. Saat ini, justru para
orangtua
sepertinya bangga melihat anak-anak gadis mereka mengenakan busana yang
mencetak lekak-lekuk tubuhnya sembari keluyuran di luar rumah dengan
bebasnya. Bahkan ironisnya, mereka ikut memilihkan model busana model
porno
yang mereka nilai cocok untuk anak-anak gadis zaman sekarang.
Astaghfirullahal 'adzim...!
Nak, ada sedikit rasa gentar di hatiku, kemana aku harus perlindungkan
kesucian dirimu dari kepungan perilaku bejat manusia? Tapi percayalah
nak,
aku masih optimis bisa mengantarkanmu ke jalan kemuliaan. Aku akan
terus
mohonkan kepada Allah, mendekatkan diri kepadaNya, meminta kekuatan dan
perkenanNya untuk bisa menjagamu nak!
Tetaplah tersenyum nak, jangan menangis. Semoga Allah 'Azza Wa Jalla
senantiasa melindungimu dari pikiran, niat, dan mata-mata jahat yang
akan
menjerumuskanmu pada kehinaan. Harapanku, kelak kau dewasa nanti, kau
menjadi wanita yang tetap istiqomah menjaga kesucian dan kehormatan
diri.
Kau akan berjuang gigih menyelamatkan kaummu yang tengah
terombang-ambing
dalam kubangan kenistaan dunia. Pegang teguhlah ajaranNya dan tataplah
masa
depanmu dengan tegar. Insya Allah, doaku senantiasa menyertai
langkah-langkahmu! (sulthoni)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar