Cari Blog Ini

Minggu, 02 Mei 2010

suara hati ibu

Dikutip dari Era Muslim,

eramuslim - "Tidurlah tidur wahai anak sholihah....

S'moga Allah akan s'lalu menjagamu

Tidurlah tidur wahai buah hatiku

Kelak kau besar jadi muslimah terpandu

Bismikallahumma ahya wa amuut

Bismikallahumma ahya wa amuut....

(nada: lagu "Nina Bobok" -- pen)

Nak, kau telah hadir di atas dunia fana ini. Tangismu yang dulu nyaring

terdengar di awal kelahiranmu, telah berubah dengan senyum. Engkau kini

memang lebih banyak tersenyum riang. Senyummu melesat lepas tanpa

hambatan,

tulus, plong, dan tanpa tendensi apa-apa, dari mulut mungilmu.

Aku yakin, senyummu masih murni dan suci, sesuci hatimu. Entah akupun

tak

tahu persis untuk mengartikulasi senyummu yang lepas tersebut. Aku

hanya

bisa memaknai, di balik senyuman itu tersimpan optimisme besar,

tersimpan

energi dahsyat. Mungkin kau akan menjadi petarung yang tak pernah putus

asa

dalam menghadapi segala tipu-muslihat kaum perusak. Kau akan tetap

eksis

berada di atas JalanNya, seraya terus menyeru kaummu untuk bergabung

bersamamu menuju kemenangan dan kemuliaan sejati. Semoga!

Itulah yang selalu menjadi harapan dan obsesi orangtuamu, nak! Aku

selalu

bermunajat kepada Allah 'Azza wa Jalla, agar Dia selalu menjagamu,

membimbingmu dan memberimu kekuatan agar kau mampu berpegang teguh pada

aturanNya yang sempurna hingga akhir hayatmu kelak. Mudah-mudahan

obsesi ini

tetap Allah pelihara dalam rongga dadaku. Yang membuatku bisa optimis

dan

bersemangat untuk bisa mengantarkanmu jadi manusia seutuhnya. Demi

Allah,

inilah yang menjadi puncak kebanggaanku, dan juga puncak kebanggaan

umat,

insya Allah.

Siang malam pada setiap sujudku, dan hampir setiap menjelang tidurmu,

selalu

kulantunkan munajatku padaNya. Untuk keselamatan dan kesucian harkat

kewanitaanmu, yang insya Allah akan membawa pada keharibaan kejayaan

Islam.

Mudah-mudahan Allah SWT selalu menjaga semangat dan obsesiku dari

gemerlapnya dunia yang kerap memperdaya itu. Sungguh nak..., aku tak

pernah

bermimpi kau jadi wanita karir, yang berdandan sensual, bersepatu hak

tinggi, menebarkan aroma genit yang menyengat hidung setiap lelaki,

yang

saban hari keluyuran bebas dengan teman-teman lobinya. Atau sebaliknya,

kau

jadi perempuan tak berdaya, bekerja di dalam perut-perut pabrik yang

pengap,

yang hanya membayar tetes-tetes keringatmu dengan upah tak manusiawi.

Aku

tak ingin kau menjadi Marsinah-Marsinah berikutnya.

Aku tak pernah membayangkan kau jadi penyanyi, sekadar memenuhi dahaga

selera rendah kaum lelaki. Yang melantunkan suara-suara birahi dan rela

melenggak-lenggokkan tubuhnya di atas panggung, di hadapan ribuan

pasang

mata, hanya untuk meraih segepok rupiah. Hingga membersitkan khayalan

kotor

para penikmat suguhan hiburanmu. Naudzubillah min dzalik, nak!

Apalagi...--na'udzu billah tsumma na'udzu billah min dzalik-- demi

mengejar

popularitas, engkau rela menanggalkan rasa malumu, mempertontonkan

auratmu

di hadapan siapa saja. Ya Robbi 'Izzati, aku mohon perlindunganMu atas

anakku dari perbuatan mungkar dan nista itu.

Wajar, bila menatap masa depanmu, ada rasa masygul melintas di hatiku.

Kalaulah di zaman masa kanak-kanakmu sudah demikian bejatnya perilaku

manusia, apatah lagi zaman dimana kelak kau dewasa nanti. Betapa tidak!

Saat

ini saja para wanita berlomba-lomba mengejar kenistaan. Mereka rela

menunggu

dalam antrian panjang untuk difoto tanpa busana. Nak, wanita di zaman

kiwari

ini, sepertinya telah diidap penyakit gila memamerkan lekak-lekuk

tubuhnya.

Mereka seperti puas bila tampilan mereka bisa membetot-betot birahi

lawan

jenisnya. Lihatlah model busana yang mereka kenakan. Di balik busana

yang

kian modis dan ngetren di kalangan remaja wanita kiwari itu, pasti ada

pesan

tersirat: "Ayo tataplah lekak-lekuk tubuhku sepuasnya!"

Astaghfirullahal

'adzim...!

Mungkin di zaman dimana kelak kau dewasa nanti, tantangan yang akan kau

hadapi kian berat. Firasatku, pada zaman itu orang-orang kian

mencampakkan

rasa malu. Perilaku najis dan nista pasti akan jadi kebanggaan. Slogan

dan

jargon-jargon cabul, pasti kian menyesaki atmosfer kehidupanmu. Tak ada

tayangan film, iklan, majalah, tontonan, dan model-model busana,

kecuali di

balik semua itu tersimpan pesan: mengajak manusia menceburkan dirinya

pada

dunia percabulan. Setelah itu, pagar-pagar etika dan moral ramai-ramai

dirubuhkan masyarakat. Paradigma nila-nilai pun dijungkirbalikkan.

Perilaku

nista dan keji akan jadi simbol-simbol budaya dan kebanggaan. Sementara

yang

suci dan mulia akan dicap kuno dan ketinggalan zaman. Batas antara

wilayah

kehidupan privasi dan publik, pasti tak diperlukan. Mungkin--semoga ini

tidak terjadi--manusia beramai-ramai menanggalkan simbol-simbol

kemanusiaannya, seraya menggantinya dengan simbol kehidupan hewani.

Astaghfirullohal 'adzim....!

Membayangkan hidup di zaman kau dewasa nanti, terus terang hatiku

menjadi

kian miris. Aku membayangkan, mungkin pilihan bisnis paling favorit

nanti

adalah bisnis seks. Pusat-pusat hiburan, koran, majalah, tivi, iklan,

lagu-lagu, model-model busana, serta tontonan pasti tak akan diminati

orang,

kalau arahnya tidak mengajak manusia melakukan praktek percabulan.

Berita di

media massa tentang kasus-kasus perkosaan dan bahkan berita "manusia

yang

rela membinatangkan dirinya" mungkin bukan hal aneh dan menggegerkan.

Membayangkan situasi seperti itu, mestinya bagi para orangtua yang

waras,

mereka akan menjaga lebih ketat anak-anak gadisnya. Tidak membiarkan

putri

mereka keluyuran bebas di luar dengan dandanan menantang.

Tapi inilah yang tidak habis aku pikir, nak. Saat ini, justru para

orangtua

sepertinya bangga melihat anak-anak gadis mereka mengenakan busana yang

mencetak lekak-lekuk tubuhnya sembari keluyuran di luar rumah dengan

bebasnya. Bahkan ironisnya, mereka ikut memilihkan model busana model

porno

yang mereka nilai cocok untuk anak-anak gadis zaman sekarang.

Astaghfirullahal 'adzim...!

Nak, ada sedikit rasa gentar di hatiku, kemana aku harus perlindungkan

kesucian dirimu dari kepungan perilaku bejat manusia? Tapi percayalah

nak,

aku masih optimis bisa mengantarkanmu ke jalan kemuliaan. Aku akan

terus

mohonkan kepada Allah, mendekatkan diri kepadaNya, meminta kekuatan dan

perkenanNya untuk bisa menjagamu nak!

Tetaplah tersenyum nak, jangan menangis. Semoga Allah 'Azza Wa Jalla

senantiasa melindungimu dari pikiran, niat, dan mata-mata jahat yang

akan

menjerumuskanmu pada kehinaan. Harapanku, kelak kau dewasa nanti, kau

menjadi wanita yang tetap istiqomah menjaga kesucian dan kehormatan

diri.

Kau akan berjuang gigih menyelamatkan kaummu yang tengah

terombang-ambing

dalam kubangan kenistaan dunia. Pegang teguhlah ajaranNya dan tataplah

masa

depanmu dengan tegar. Insya Allah, doaku senantiasa menyertai

langkah-langkahmu! (sulthoni)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar